Makalah Stratifikasi Sosial

STRATIFIKASI SOSIAL
MAKALAH

Disusun dan diajukan guna memenuhi tugas terstruktur
Mata Kuliah Sosiologi Pendidikan
Dosen Pengampu        : Dr. Suparjo,M.A.



Oleh
Indah Apriani
1423301274





JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PURWOKERTO
2015

BAB  I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Dalam suatu kajian dalam sosiologi ada beberapa yang harus disoroti sebagai ilmu, guna menegetahui bagaimana tingkat perkembangan manusia, mulai dari kelahiran sampai dia bersosialisasi dalam masyarakat. Manusia, masyarakat dan lingkungan merupakan fokus kajian sosiologi yang dituangkan dalam kepingan tema utama sosiologi dari masa kemasa. Mengungkap hubungan luar biasa antara keseharian yang dijalani oleh seseorang dan perubahan serta pengaruh yang ditimbulkannya pada masyarakat tempat dia hidup, dan bahkan kepada dunia secara global.
Masyarakat dengan segala aspek yang mencakup di dalamnya merupakan suatu objek kajian yang menarik untuk diteliti. Begitu pula dengan sesuatu yang dihargai oleh masyarakat tersebut. Penghargaan yang berbeda terhadap kelompok individu berdasarkan kelebihan yang dimilikinya. Kelebihan tersebut dapat berupa kekayaan, kekuasaan, keturunan, kehormatan, dan pendidikan. Dengan kata lain, sesuatu yang dihargai dalam sebuah komunitas masyarakat akan menciptakan pamisahan lapisan atau kedudukan seseorang tersebut di dalam masyarakat. Lapisan pemisah dalam masyarakat disebut juga dengan stratifikasi sosial.
Stratifikasi sosial dapat muncul dengan sendiriya sebagai akibat dari proses yang terjadi di masyarakat dan merupakan karakteristik universal masyarakat manusia. Dalam kehidupan sosial masyarakat terdapat diferensiasi sosial dalam arti, bahwa dalam masyarakat terdapat pembagian dan pembedaan atas berbagai peranan-peranan dan fungsi-fungsi berdasarkan pembedaan perorangan karena dasar biologis ataupun adat.


B.       Rumusan Masalah 
Rumusan masalah yang akan kami bahas dalam makalah ini ada lah :
1.      Apa pengertian dari stratifikasi sosial ?
2.      Apa unsur-unsur stratifikasi sosial ?
3.      Apa bentuk-bentuk stratifikasi sosial?
4.      Bagaimana dampak stratifikasi sosial dalam pendidikan?

C.    Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah mendeskripsikan atau menjelaskan :
1.      Pengertian stratifikasi sosial
2.      Unsur-unsur stratifikasi sosial
3.      Bentuk-bentuk stratifikasi sosial
4.      Dampak stratifikasi sosial dalam pendidikan



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Stratifikasi Sosial
Stratifikasi berasal dari bahasa latin, stratum, artinya lapisan atau pelapisan. Dalam kaitannya dalam masyarakat, stratifikasi sosial berarti lapisan yang ada di masyarakat.[1] Beberapa defenisi stratifikasi sosial menurut para ahli yaitu[2]:
a.    Pitirim A. Sorokin
Mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai perbedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas yang tersusun secara bertingkat (hierarki).
b.      Max Weber
Mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hierarki menurut dimensi kekuasaan, previllege dan prestise.
c.       Cuber
Mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai suatu pola yang ditempatkan di atas kategori    dari hak-hak yang berbeda.
d.  Drs. Robert. M.Z. Lawang
Sosial Stratification adalah penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu system social tertentu ke dalam lapisan-lapisan hirarkis menurut dimensi kekuasaan, privilese, dan prestise.
Dengan demikian, dapat saya simpulkan bahwa stratifikasi sosial merupakan pembedaan masyarakat atau penduduk berdasarkan kelas-kelas yang telah ditentukan secara bertingkat berdasarkan dimensi kekuasaan, previllege (hak istimewa atau kehormatan) dan prestise (wibawa).



B.       Unsur-Unsur Stratifikasi
Dalam teori sosiologi, unsur-unsur sistem pelapisan sosial dalam masyarakat yaitu[3] :
1.      Kedudukan (status)
Kedudukan adalah sebagai tempat atau posisi seorang dalam suatu kelompok sosial, sehubungan dengan orang lain dalam kelompok tersebut, atau tempat suatu kelompok sehubungan dengan kelompok-kelompok lain di dalam kelompok yang lebih besar lagi. Dalam masyarakat seringkali kedudukan dibedakan menjadi dua macam yaitu:
a.       Ascribed-status. Status ini diartikan sebagai kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa memperhatikan perbedaan seseorang. Kedudukan tersebut diperoleh karena kelahiran. Misalnya kedudukan anak seorang bangsawan adalah bangsawan pula, dan sebagainya.
b.      Achieved-status, yaitu kedudukan yang dicapai oleh seorang dengan usaha-usaha yang sengaja dilakukan, bukan diperoleh karena kelahiran. Misalnya seorang bisa mejadi dokter asalkan memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.
2.      Peranan sosial
Peranan sosial adalah suatu perbuatan seseorang dengan cara tertentu dalam usaha menjalankan hak dan kewajiban sesuai status yang dimilikinya. Peranan sosial yang ada di masyarakat dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam, yakni:
1.      Berdasarkan pelaksanaannya
a.       Peranan yang diharapkan (expected roles), cara ideal dalam pelaksanaan peranan menurut penilaian masyarakat. Masyarakat menghendaki peranan yang diharapkan dilaksanakan secermat-cermatnya dan peranan ini tidak dapat ditawar dan harus dilaksanakan seperti yang ditentukan.
b.      Peranan yang disesuaikan (actual roles), yaitu cara bagaimana sebenarnya peranan itu dijalankan. Peranan ini pelaksanaanya dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi tertentu.
2.      Berdasarkan cara memperolehnya
a.       Peranan bawaan (ascribed roles), yaitu peranan yang diperoleh secara otomatis, bukan karena usaha, misalnya peranan sebagai nenek, anak, dan sebagainya.
b.      Peranan pilihan (achives roles), yaitu peranan yang diperoleh atas dasar keputusan sendiri. Misalnya seorang yang memutuskan untuk memilih kuliah di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga, dan menjadi mahasiswa program studi sosiologi.

C.    Bentuk Bentuk Stratifikasi Sosial
Pada dasarnya sesuatu yang dihargai dan dianggap bernilai selalu berubah sesuai dengan perkembangan zaman dan teknologi. Keadaan ini menjadikan bentuk-bentuk stratifikasi sosial menjadi beragam, yakni sebagai berikut:[4]
1.      Stratifikasi sosial berdasarkan kriteria ekonomi
Stratifikasi ini dikenal dengan sebutan kelas sosial dalam ekonomi didasarkan pada jumlah pemilik kekayaan atau penghasian. Secara umum klasifikasi sosial terdiri atas tiga kelompok berikut:
a.       Kelas sosial atas, yaitu kelompok orang yang memiliki kekayaan banyak yang dapat memenuhi segala kebutuhan hidup, bahkan secara berlebihan. Golongan ini dapat dilihat dari pakaian yang dikenakan, bentuk rumah, gaya hidup, dan lain-lain.
b.      Kelas sosial menengah, yaitu kelompok yang berkecukupan yang sudah dapat memenuhi kebutuhan pokok, misalnya sandang, pangan, dan papan. Keadaan kelas ini secara umum tidak sama dengan keadaan kelas atas.
c.       Kelas sosial bawah, yaitu kelompok orang miskin yang belum dapat memenuhi kebutuhan primer. Golongan kelas bawah terdiri atas pengangguran, buruh kecil, dan buruh tani.
2.      Stratifikasi sosial berdasarkan kriteria sosial
Stratifikasi sosial berdasarkan kriteria sosial adalah pembedaan anggota masyarakat dalam kelompok tingkatan sosial berdasarkan status sosialnya. Oleh karena itu, anggota masyarakat yang memiliki kedudukan sosial yang tehormat menempati lapisan tertinggi. Sebaliknya, anggota masyarakat yang tidak memiliki kedudukan sosial akan menempati lapisan lebih rendah. Contohnya, seorang tokoh agama atau tokoh masyarakat akan menempati posisi tinggi dalam pelapisan sosial.
3.      Stratifikasi berdasarkan kriteria politik
Stratifikasi berdasarkan kriteria politik menjadikan masyarakat menjadi dua kelompok besar. Kelompok lapisan atas, yaitu kelompok elite kekuasaan disebut juga kelompok dominan (menguasai), dan kelompok bawah, yaitu orang atau kelompok yang dikuasai yang disebut massa atau kelompok terdominasi (terkuasai).
4.      Stratifikasi berdasarkan sistem nilai yang berlaku dan berkembang
Jenis pekerjaan yang dimiliki seseorang dapat dijadikan sebagai dasar pembeda dalam masyarakat. Orang yang bekerja di kantor dianggap lebih tinggi statusnya dibanding orang yang bekerja kasar, walaupun mereka mempunyai gaji yang sama. Penggolongan masyarakat didasarkan pada mata pencaharian adalah sebagai berikut:
a.       Elite, yaitu orang kaya yang menempati kedudukan atau pekerjaan yang dinilai tinggi oleh masyarakat.
b.      Profesional, yaitu orang-orang yang berijazah dan bergelar sarjana serta orang dari dunia perdagangan yang sukses.
c.       Semiprofesional, yaitu para pegawai kantor, pedagang, teknisi berpendidikan menengah, mereka yang tidak berhasil mencapai gelar, para pedagang buku, dan sebagainya.
d.      Tenaga terampil, yaitu orang-orang yang mempunyai keterampilan teknik mekanik seperti potong rambut, pekerja pabrik, sekretaris, dan stenografer.
e.       Tenaga tidak terdidik, yaitu pembantu rumah tangga, tukang kebun, dan lain-lain.
5.      Stratifikasi berdasarkan kriteria pendidikan
Kelas sosial dan pendidikan saling mepengaruhi. Hal ini dikarenakan untuk mencapai pendidikan tinggi diperlukan uang yang cukup banyak. Selain itu, diperlukan juga motifasi kecerdasan, dan ketekunan. Oleh karena itu, tinggi dan rendahnya pendidikan berpengaruh pada jenjang kelas sosial.
6.      Stratifikasi berdasarkan kriteria budaya suku bangsa
Pada dasarnya setiap suku bangsa memiliki stratifikasi sosial yang berbeda-beda. Misalnya pada suku jawa terdapat stratifikasi sosial berdasarkan kepemilikan tanah.
D.      Dampak Stratifikasi Sosial Dalam Pendidikan
Pertama-tama ditemukan bahwa perbedaan kedudukan dalam pelapisan sosial berkaitan dengan perbedaan persepsi dan sikap-sikap serta cita-cita dan rencana pendidikan. Perbedaan tersebut dikalangan orang tua maupun kalangan remaja. Citra diri (self concept) juga berbeda-beda sesuai status dalam stratifikasi sosial. Hal-hal tersebut besar pengaruhnya terhadap keberhasilan belajar disekolah. Tentu keberhasilan ini akan didukung oleh kemampuan dan didorong oleh orang tua untuk menyediakan fasilitas-fasilitas pendidikan yang diperlukan. Mengenai yang terakhir ini kurang terdapat pada keluarga lapisan rendah.[5]
Perbedaan kualitas fasilitas pendidikan juga tampak jelas antara yang terdapat dilingkungan perkotaan dan pedesaan. Berdasarkan kenyataan ini, dapat dipastikan bahwa kualitas persekolahan formal membantu menguatkan arus urbanisasi, karena orang tua yang mampu akan berusaha memperoleh fasilitas pendidikan yang baik dikota untuk anaknya, meskipun harus dibayar mahal dari segi ekonomi dan kemungkinan di desa mengalami ketertinggalan dalam kualitas fasilitas pendidikan.
Hal lain yang berkaitan dengan pelapisan sosial adalah isu mengenai materi pengajaran. Materi pengajaran yang termuat dalam kurikulum dan buku pelajaran dan bahkan dalam kegiatan ekstrakurikuler sekolah, telah melalui seleksi tertentu. Suatu analisis mengenai seleksi materi dan kegiatan ekstrakurikuler menunjukkan adanya strata sosial tertentu yang memperoleh kemudahan-kemudahan melebihi strata lain. Waller pada tahun 1932 memberi gambaran yang bagus sekali tentang pengajaran bahasa yang diselenggarakan disekolah. Pengajaran bahasa ini merupakan kemudahan kepada pelajar yang berasal dari strata sosial menengah. Kata-kata dan ungkapan-ungkapan yang terdapat dalam materi pengajaran terutama diambil dari perbendaharaan kata-kata dan ungkapan-ungkapan yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari strata sosial menengah. Jelas bahwa pelajar dari lapisan sosial rendah yang belum terbiasa dengan penggunaan kata dan ungkapan itu dituntut lebih banyak usaha untuk mengejar ketinggalannya dibanding dengan pelajar dari lapisan sosial menengah sendiri. Peristiwa yang semacam itu terdapat pula pada mata pelajaran lain seperti IPS yang menghendaki perluasan pengetahuan dari surat kabar, majalah, televisi, radio, dan perjalanan ke daerah lain. Dalam hal ini pun pelajar dari lapisan sosial rendah merupakan kelompok yang kurang beruntung. 
Tesis Randall Collins menunjukkan, anak-anak keluarga kaya di Indonesia misalnya lebih banyak menikmati fasilitas pendidikan yang sangat baik. Bahkan mereka sempat untuk menambah pengetahuan dengan les privat dan aneka buku, majalah, komputer, internet, dan lain-lain. Sebaliknya anak-anak keluarga miskin harus memasuki sekolah yang tidak bermutu, baik fasilitas maupun sistem pembelajarannya. Di ujungnya lingkungan sekolah yang buruk memunculkan budaya kekerasan. Anak-anak keluarga dari miskin akan mudah emosi, agresif dan frustasi. Dengan kata lain pendidikan formal justru melahirkan stratifikasi sosial dan makin mempertajam kesenjangan. Mahalnya biaya sekolah justru diikuti pula oleh kemerosotan dunia ekonomi. Pengangguran terselubung makin banyak jumlahnya dan pertumbuhan penduduk tetap tinggi. Dari titik inilah muncul keresahan sosial, dan berbagai konflik yang diakibatkan oleh kesenjangan sosial. Hukum Darwin siapa yang kuat dia yang menang berlaku.[6]
Meskipun stratifikasi sosial tak dapat dihindari, pada masyarakat yang menganut sistem stratifikasi sosial terbuka, orang mempunyai kesempatan luas untuk berusaha naik ke tangga sosial yang lebih tinggi. Namun, sebagai konsekuensinya terbuka pula kesempatan untuk turun atau jatuh dalam tangga sosial. Peristiwa naik turun tangga pelapisan sosial ini (mobilitas sosial) tidak terdapat dalam masyarakat yang menganut sistem pelapisan sosial tertutup.


BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Stratifikasi sosial adalah adanya lapisan-lapisan, penggolongan-penggolongan, pengelompokkan-pengelompokkan dalam masyarakat, karena adanya perbedaan kriteria/ukuran tertentu ke dalam kelas-kelas yang tersusun secara bertingkat.
Dalam teori sosiologi, unsur-unsur sistem pelapisan sosial dalam masyarakat ada dua yaitu kedudukan dan peran. Kedudukan adalah sebagai tempat atau posisi seorang dalam suatu kelompok sosial dan peranan sosial adalah suatu perbuatan seseorang dengan cara tertentu dalam usaha menjalankan hak dan kewajiban sesuai status yang dimilikinya.
Bentuk-bentuk stratifikasi sosial yakni stratifikasi sosial berdasarkan kriteria ekonomi, kriteria sosial, kritria politik, sistem nilai yang berlaku, kriteria pendidikan, dan kriteria budaya suku bangsa.
Perbedaan stratifikasi sosial memberikan banyak dampak dalam pendidikan salah satunya, pertama, fasilitas-fasilitas pendidikan anak yang orang tua yang terdapat pada lapisan tinggi akan berbeda terdapat pada keluarga lapisan rendah. Kedua, anak-anak keluarga dari miskin di lingkungan sekolah yang buruk memunculkan budaya kekerasan, mudah emosi, agresif dan frustasi. Ketiga, Fasilitas pendidikan yang baik di kota juga akan memicu urbanisasi sehingga dimungkinkan di desa mengalami ketertinggalan. Keempat, Mahalnya biaya sekolah muncul keresahan sosial, dan berbagai konflik yang diakibatkan oleh kesenjangan sosial. Namun, meskipun stratifikasi sosial tak dapat dihindari, pada masyarakat yang menganut sistem stratifikasi sosial terbuka, orang mempunyai kesempatan luas untuk berusaha naik ke tangga sosial yang lebih tinggi.



DAFTAR PUSTAKA


Herabudin. 2015.  Pengantar Sosiologi. Bandung: CV Pustaka Setia

Narwoko, J Dwi. 2004. Sosiologi Teks Pengantar Dan Terapan. Jakarta: Kencana

Saripudin, Didin. 2010. Interpretasi Sosiologis dalam Pendidikan. Bandung: Karya Putra Darwati

Syani, Abdul. 1994.  Sosiologi Skematika Teori dan Terapan. Jakarta: PT Bumi Aksara



[1] Herabudin, Pengantar Sosiologi, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2015), hlm.140.
[2] Abdulsyani,  Sosiologi Skematika, Teori dan Terapan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 1994), hlm. 83.
[3]J Dwi Narwoko. Sosiologi Teks Pengantar Dan terapan (Jakarta: Kencana 2004), hlm.135-140.
[4] Herabudin, Pengantar Sosiologi, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2015), hlm.143-145.
[5] Didin Saripudin, Interpretasi Sosiologis dalam Pendidikan, (Bandung : Karya Putra Darwati, 2010),  hlm. 61.
[6] Ibid, hlm.62.

Comments

Popular posts from this blog

makalah tafsir hadis tarbawi : pendidikan kealaman dan keantariksaan

makalah rencana pembelajaran akidah akhlak

Makalah Pendidikan - Pendekatan Pembelajaran Qur'an Hadis