Makalah Pendidikan - Pendekatan Pembelajaran Qur'an Hadis
PENDEKATAN PEMBELAJARAN QURAN HADITS
DI MI, MTS, DAN MA
Disusun
dan Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur
Mata
kuliah : Pembelajaran Quran Hadits
Dosen
Pengampu : Drs.H. Suratman M.Ag.
Oleh:
Indah
Apriani (1423301274)
Infitahul
Silmi (1423301276)
Ira
Tri Wulandari (1423301279)
6
PAI G
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PURWOKERTO
2017
BAB I
PENDAHULUAN
Seiring pesatnya
perkembangan zaman terutama dalam bidang teknologi banyak peserta didik
lupa akan Alqur’an dan Hadits, berbagai upaya pendidik untuk memperkenalkan Qur’an
dan Hadits sejak dini menjadi hal yang sangat penting. Pembelajaran Qur’an
dan Hadits diarahkan untuk menumbuh kembangkan pengetahuan peserta didik
terhadap Qur’an dan Hadits, sebagai pedoman hidup sehingga memperoleh
pengetahuan mengenai keduanya dengan baik dan benar serta dapat hidup
berlandaskan dua sumber hukum Islam tersebut.
Untuk menyampaikan materi atau keterampilan mata pelajaran Quran dan
Hadits kepada peserta didik dalam proses pembelajaran, diperlukan adanya
pendekatan. Pendekatan pembelajaran merupakan salah satu bagian integral yang
dapat mempengaruhi pencapaian hasil belajar. Berhasil dan tidaknya tujuan
pembelajaran dapat dipengaruhi oleh pendekatan pembelajaran yang diterapkan
oleh pendidik. Dalam makalah ini, penulis akan membahas mengenai pendekatan
pembelajaran Quran Hadits di MI, MTs, dan MA.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Pendekatan Pembelajaran
Quran Hadits
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau
sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan
tentang terjadinya sesuatu proses yang sifatnya masih umum, didalamnya
mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatarbelakangi metode pembelajaran
dengan cakupan teoritis tertentu. Dengan kata lain pendekatan pembelajaran
merupakan focus orientasi yang digunakan guru dan murid selama proses pembelajaran. Pendekatan pembelajaran
adalah cara yang akan ditempuh guru dalam proses pembelajaran agar konsep atau
materi yang disajikan dapat beradaptasi
dengan peserta didik.[1] Pendekatan pembelajaran
merupakan aktivitas guru dalam memilih kegiatan pembelajaran, apakah guru akan
menjelaskan suatu pengajaran dengan materi bidang studi yang sudah tersusun
dalam urutan tertentu, ataukah dengan menggunakan materi yang terkait satu dengan
lainnya dalam tingkat kedalaman yang berbeda, atau bahkan materi yang
terintegrasi dalam suatu kesatuan multi disiplin ilmu. Pendekatan pembelajaran
ini sebagai penjelas untuk mempermudah guru memberikan pelayanan belajar dan
juga mempermudah siswa untuk memahami materi ajar yang disampaikan guru, dengan
memelihara suasana pembelajaran yang menyenangkan.[2]
Mata pelajaran Qur’an Hadits
merupakan unsur mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) pada madrasah yang
memberikan pendidikan kepada siswa untuk memahami Qur’an dan Hadits sebagai sumber ajaran agama Islam dan
mengamalkan isi kandungannya sebagai petunjuk hidup dalam kehidupannya
sehari-hari. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran Quran Hadits
adalah sudut pandang guru terhadap proses pembelajaran Quran Hadits, sebagai
pedoman umum untuk pemilihan metode pembelajaran yang akan di gunakan dalam kegiatan pembelajaran.
B.
Macam-macam Pendekatan Pembelajaran Qur’an hadist di MI, MTs, MA
Jika pendekatan pembelajaran dimaknai sebagai focus orientasi yang
digunakan guru dan murid selama proses pembelajaran, maka focus orientasi
pembelajaran tersebut terbagi kedalam dua bagian, yakni : 1)
pembelajaran berorientasi pada siswa (student centered approach) berarti fokus
yang menjadi pusat pembelajaran terdapat pada siswanya, siswa yang dituntut
untuk aktif dalam pembelajaran, dan guru
hanya sebagai fasilitator yang memfasilitasi dan mendampingi siswanya. 2)
pembelajaran berorientasi pada guru (teacher centered approach) yakni
pembelajaran berpusat pada guru, guru mempunyai peranan yang sangat penting,
guru menjadi sumber informasi dan guru pun bisa menentukan apa saja yang harus
dikuasai siswa. Intinya guru menjadi subjek utama dalam pembelajaran. Dua pendekatan tersebut merupakan pendekatan
yang paling utama dan sering digunakan dalam proses pembelajaran. Menurut Byron
G. Massialas dalam Sossial Issue Through Inquiry, 1975, pendekatan yang berpusat pada guru (teacher centered approach)
menurunkan pendekatan ekspositori dan pendekatan yang berpusat pada siswa
menurunkan pendekatan inkuiri.
1. Pendekatan
ekspositori
Pendekatan ekspositori bertolak dari
pandangan bahwa pengajaran dan distribusi pengetahuan itu dikontrol oleh guru.
Maka hakikat mengajar pada pandangan ini adalah penyampaian ilmu pengetahuan
kepada peserta didik yang dipandang sebagai objek yang menerima apa yang
diberikan dari guru. Biasanya guru menyampaikan informasi mengenai bahan
pengajaran dalam bentuk penjelasan dan penuturan lisan (dengan metode ceramah).
Pendekatan ekspositori menghendaki
peserta didik dapat menangkap dan mengingat informasi yang telah diberikan oleh
guru, serta mengungkapkannya kembali apa yang telah dimilikinya melalui respons
yang diberikan saat guru melontarkan pertanyaan. Pendekatan ekspositori
menggunakan komunikasi satu arah, maka kegiatan belajar peserta didik kurang
optimal sebab terbatas pada mendengarkan dan mencatat apa yang disampaikan
guru, sekali-sekali bertanya pada guru. Dalam pendekatan ini biasanya
menggunakan alat bantu (media pengajaran) dalam memberikan dan menjelaskan
informasi/pesan pada peserta didik, disampin memberikan kesempatan bertanya
pada peserta didik.[3]
Secara garis
besar prosedurnya sebagai berikut[4]:
a. Preparasi: guru menyiapkan bahan
selengkap-lengkapnya secara sistematis dan rapi (sebelum masuk kelas)
b. Apersepsi: guru bertanya atau memberikan
uraian singkat untuk mengarahkan perhatian anak didik kepada materi yang akan
diajarkan
c. Persentasi: guru menyajikan bahan dengan
jalan berceramah atau menyuruh siswa membaca bahan yang telah disiapkan dari
buku teks tertentu atau buku yang ditulis guru itu sendiri
d. Resitasi: guru bertanya dan anak didik
menjawab sesuai dengan bahan yang dipelajari,
atau anak didik agar menyatakan kembali dengan kata-katanya sendiri
tentang pokok-pokok masalah yang telah dipelajari, baik dipelajari (secara
lisan maupun tulisan)
2. Pendekatan
Inkuiri
Pendekatan Inkuiri adalah suatu pendekatan yang
membutuhkan siswa menemukan sesuatu dan mengetahui begaimana cara memecahkan
masalah dalam suatu penelitian ilmiah. Tujuan utamanya adalah mengembangkan
sikap dan keterampilan siswa yang memnungkinkan mereka menjadi pemecah masalah
yang mandiri.[5]
Pendekatan
Inkuiri berangkat dari suatu pandangan bahwa peserta didik sebagai subjek
disamping sebagai objek pengajaran (belajar). Mereka memiliki kemampuan dasar
untuk berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Maka,
proses pengajaran harus dipandang sebagai stimulus/rangsangan yang dapat
menantang peserta didik untuk merasa
terlibat/partisipasi dalam aktifitas pengajaran. Peranan guru hanya sebagai
fasilitator dan pembimbing atau pemimpin pengajaran yang demokratis, sehingga
diharapkan peserta didik lebih banyak melakukan kegiatan sendiri atau dalam
bentuk kelompok memecahkan masalah atas bimbingan guru.[6]
Secara garis besar prosedur pembelajaran
dengan pendekatan inquiry sebagai berikut[7]:
a. Simulation
yaitu guru mulai bertanya dengan mengajukan persoalan atau menyuruh peserta
didik membaca, atau mendengarkan uraian yang memuat permasalahan
b. Problem
statement, yaitu peserta didik diberi berbagai permasalahan sebanyak mungkin,
dan memilih permasalahan yang dianggap paling menarik dan fleksibel untuk
dipecahkan.
c. Data
collection, untuk menjawab pertanyaan atau
membuktikan benar atau tidaknya hipotesis ini, siswa diberi kesempatan untuk
mengumpulkan berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati
objek, wawancara dengan narasumber, melakukan uji coba sendiri dsb
d. Data
processing. Informasi dari data collection semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan,
didistribusikan bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta
ditafsirkan pada tingkat kepercayaan
e. Verification.
Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran atau informasi yang ada, pertanyaan
atau hipotesis yang telah dirumuskan terlebih dahulu kemudian dicek, apakah
terjawab atau tidak
f. Generalization.
Tahap selanjutnya berdasarkan hasil verifikasi tadi, siswa belajar menarik kesimpulan
atau generalisasi tertentu.
Sedangkan Departemen Agama (2004) menyajikan beberapa pendekatan yang dapat dijadikan
acuan dalam proses pembelajaran Al-Qur’an Hadits, yaitu[8]:
1.
Pendekatan keimanan/spiritual.
Proses
pembelajaran yang dikembangkan dengan menekankan pada pengolahan rasa dan
kemampuan beriman melalui pengembangan spiritual dalam menerima, menghayati,
menyadari, dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agama Islam, sebagaimana yang
tertuang dalam Al-Qur’an dan Hadits, dalam kehidupan sehari-hari. Pendekatan
ini memberikan peluang kepada peserta didik untuk mengembangkan pemahaman bahwa
Al-Qur’an merupakan kalamullah yang wajib diimani oleh semua umat
Islam.
2.
Pendekatan pengamalan.
Proses
pembelajaran yang dikembangkan dengan menekankan aktivitas peserta didik untuk
menemukan dan memaknai pengalamannya sendiri dalam menerima dan mengamalkan
nilai-nilai ajaran agama Islam, terutama yang tertuang dalam Al-Qur’an dan
Hadits, dalam kehidupan sehari-hari. Pendekatan ini memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk mempraktekkan dan merasakan hasil-hasil pembelajaran
Al-Qur’an dan Hadits untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
3.
Pendekatan pembiasaan.
Proses
pembelajaran ini dikembangkan dengan memberikan peran terhadap lingkungan
belajar, baik di sekolah maupun di luar sekolah, dalam membangun sikap mental
dan membangun masyarakat yang sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadits, dengan
melihat kesanggupan siswa dalam mengamalkan dan mewujudkan nilai-nilai yang
terkandung dalam Al-Qur’an dan Hadits dalam kehidupan sehari-hari. Lingkungan
belajar diusahakan dan dibentuk sedemikian rupa sehingga peserta didik dapat
merasakan kenyamanan dalam mempraktekkan hasil-hasil pembelajaran Al-Qur’an Hadits.
Semacam siswa tidak hanya tahu cara melafalkan surat Al-Fatihah, tetapi ia juga
gemar untuk melafalkannya dalam berbagai kesempatan. Ataupun siswa telah
belajar mengenai hadits tentang kebersihan, maka ia dapat membiasakan untuk
mempraktekkan kandungan hadits tersebut.
4.
Pendekatan rasional.
Proses
pembelajaran dengan menekankan fungsi rasio (akal) peserta didik sesuai dengan
tingkat perkembangan kecerdasan intelektualnya dalam memahami dan mengamalkan
nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Qur’an Hadits dalam kehidupan sehari-hari.
Semacam setelah mempelajari hadits tentang ciri-ciri orang munafiq, maka
peserta didik diberi kesempatan untuk menalar bahwa ciri-ciri yang ada dalam
diri orang munafik tersebut bersifat negatif yang harus dijauhi.
5.
Pendekatan Emosional.
Proses
pembelajaran yang dikembangkan dengan menekankan kecerdasan emosional peserta
didik dalam memahami dan mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam
Al-Qur’an dan Hadits. Terdapat lima unsur dalam kecerdasan emosional, yaitu
kesadaran diri (self awarness), pengaturan diri (self regulation), motivasi
(motivation), empati (emphaty), dan keterampilan sosial (social skill).
Misalnya, ketika telah mempelajari hadits tentang persaudaraan, maka melalui
lima komponen kecerdasan emosi tersebut peserta didik dapat mengamalkannya
dengan baik.
BAB
III
KESIMPULAN
Pendekatan
pembelajaran merupakan aktivitas guru dalam memilih kegiatan pembelajaran,
apakah guru akan menjelaskan suatu pengajaran dengan materi bidang studi yang
sudah tersusun dalam urutan tertentu, ataukah dengan menggunakan materi yang
terkait satu dengan lainnya dalam tingkat kedalaman yang berbeda, atau bahkan
materi yang terintegrasi dalam suatu kesatuan multi disiplin ilmu. Pendekatan
pembelajaran ada dua macam yaitu pendekatan ekspositori dan pendekatan
inkuiri. Pendekatan pembelajaran Qur’an
Hadist dapat digunakan pada setiap jenjang pendidikan tergantung guru dalam
melaksanakan pembelajaran.
DAFTAR
PUSTAKA
Fathurrohman, Muhammad. 2015.Paradigma Pembelajaran Kurikulum 2013. Yogyakarta: Kalimedia.
Lutfi, Ahmad. 2009. Pembelajaran Al-Qur’an & Hadits. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen
Agama RI.
Mufarrokah, Annisatul. 2009. Strategi
Belajar Mengajar. Yogyakarta : Teras.
Ngalimun. 2014. Strategi dan
Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.
Rohani, Ahmad. 2010. Pengelolaan
Pengajaran Sebuah Pengantar Menuju Guru Profesional. Jakarta: Rineka Cipta.
Sagala,
Syaiful. 2011. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
[1]
Muhammad Fathurrohman, Paradigma Pembelajaran Kurikulum 2013,
(Yogyakarta: Kalimedia, 2015), hlm. 107
[3]Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran Sebuah Pengantar
Menuju Guru Profesional, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), Hlm 42-43.
[5]Ngalimun, Strategi dan Model Pembelajaran, (Yogyakarta: Aswaja Pressindo,
2014) hlm. 33
[6]Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran Sebuah Pengantar
Menuju Guru Profesional, ...Hlm 44-46.
[7]Annisatul Mufarrokah, Strategi Belajar Mengajar, ( Yogyakarta
: Teras, 2009), hlm 58-59
Comments
Post a Comment