Makalah model desain kurikulum
MODEL
DESAIN KURIKULUM
MAKALAH
Disusun
dan Diajukan sebagai Tugas Terstruktur
Mata Kuliah :
Pengembangan dan Inovasi Kurikulum
Dosen
Pengampu : Muhammad Nurhalim, S. Pd.,
Oleh
Yati Oktavia 1423301253
Yeni Apriliani 1423301254
Indah Apriani 1423301274
JURUSAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS
TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI
PURWOKERTO
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pada
umumnya proses pembelajaran yakni proses transfer ilmu yang di lakukan oleh
seorang pendidik kepada siswanya. Setiap praktek pembelajaran diarahkan untuk
mancapai tujuan tertentu, baik aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik.
Dalam pembelajaran, kurikulum menjadi
sebuah komponen yang mutlak diperlukan oleh setiap yang berprofesi
kependidikan. Kurikulum dan pembelajaran merupakan komponen yang tidak dapat
terpisahkan. Semua gerak pendidikan di sekolah didasarkan pada desain kurikulum
yang telah dibuat. Kualitas sekolah juga ditentukan oleh desain kurikulum yang
telah dibuat. Desain kurikulum akan mempengaruhi dalam pelaksanaan proses
pembelajaran, iklim sekolah yang tercipta, dan kualitas lulusan yang
dihasilkan.
Mengingat
hal itu, maka model desain kurikulum tidak hanya mempelajari materi, melainkan
suatu proses kognitif dan mempelajari permasalahan masyarakat karena siswa
merupakan bagian integral dari masyarakat. Kurikulum harus mengarahkan segala
bentuk aktifitas pendidikan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah disepakati.
Maka dari itu pada makalah ini akan di
uraikan mengenai model desain kurikulum.
B.
Rumusan
Masalah
a. Apa
yang dimaksud dengan desain kurikulum?
b. Apa
prinsip yang digunakan dalam mendesain krikulum?
c. Bagaimana
model desain kurikulum ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Desain Kurikulum
Menurut
Oemar Hamalik, pengertian desain adalah suatu petunjuk yang memberi dasar,
arah, tujuan, dan teknik yang di tempuh dalam memulai dan melaksanakan kegiatan.
Menurut Wina Sanjaya, yang dimaksud desain adalah rancangan, pola atau model.
Sedangkan desain kurikulum yaitu suatu pengorganisasian tujuan, isi, dan proses
belajar yang akan di ikuti peserta didik dalam berbagai tahap perkembangan
pendidikan. Dalam desain kurikulum akan tergambar unsur-unsur dari kurikulum,
hubungan antara satu unsur dengan unsur lainnya, prinsip-prinsip pengorganisasian,
serta hal-hal yang diperlukan dalam plaksanannya. Dalam desain kurikulum, ada
dua dimensi penting, yaitu (1) Substansi, unsur-unsur, serta organisasi, organisasi
dari dokumen tertulis kurikulum (2) Model pengorganisasian dan bagian-bagian
kurikulum terutama organisasi dan proses
pengajaran.[1]
B.
Prinsip-prinsip
dalam Mendesain Kurikulum
Ada
delapan prinsip dalam mendesain kurikulum, prinsip-prinsip tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Desain
kurikulum harus memudahkan dan mendorong
seleksi serta pengembangan semuajenis pengalaman belajar yang esensial bagi
pencapaian prestasi belajar, sesuai dengan hasil yang diharapkan
2. Desain memuat berbagai pengalaman belajar yang
bermakna dalam rangka merealisasikan tujuan-tujuan pendidikan, khususnya bagi
kelompok siswa yang belajar dengan bimbingan guru.
3. Desain
harus memungkinkan dan menyediakan peluang bagi gur untuk menggunakan
prinsip-prinsip belajar dalam memilih, membimbing, dan mengembangkan berbagai
kegiatan di sekolah.
4. Desain
harus memungkinkan guru untuk menyesuaikan pengalaman dengan kebutuhan
kapasitas, dan tingkat kematangan siswa
5. Desain
harus mendorong guru dan mempertimbangkan berbagai pengalaman belajar anak yang
diperoleh diluar sekolah dan memgaitkannya dengan kegiatan belajar disekolah.
6. Desain
harus menyediakan pengalaman belajar yang berkesinambungan, agar kegiatan
belajar siswa berkembang sejalan dengan pengalaman terdahulu dan terus
berlanjut pada pengalaman berikutnya
7. Kurikulum
harus di desain agar dapat membantu siswa mengembangkan watak, kepribadian,
pengalaman, dan nilai-nilai demokrasi yang menjiwai kultur
8. Desain
kurikulum harus realistis, layak dan dapat diterima.[2]
C.
Model
Desain Kurikulum
Banyak
sekali para ahli kurikulum mengklasifikasikan kurikulum menjadi beberapa macam
akan tetapi para pengembang kurikulum telah mengkontruksi macam-macam desain
kurikulum sebagai berikut :
1.
Desain kurikulum
berorientasi pada disiplin ilmu
Terdapat beberapa bentuk
organisasi kurikulum yang berorientasi pada disiplin ilmu, yaitu:
a.
Subject
Centered Design
Subject Centered Design,
bahan atau isi kurikulum disusun dalam bentuk mata pelajaran yang
terpisah-pisah, misalnya mata pelajaran sejarah, ilmu bumi, kimia, fisika,
berhitung, dan lain sebagainya. Pada pengembangan kurikulum didalam kelas atau
pada kebiasaan belajar mengajar, setiap guru hanya bertanggng jawab pada mata
pelajaran yang diberikan. Kalaupun mata pelajaran yang diberikan oleh guru yang
sama maka hal ini juga dilaksanakan secara terpisah-pisah.[3]
b.
Disciplines
Design
Merupakan
bentuk pengembangan dari Subject Design,
yang masih menekankan pada materi kurikulum. Disciplines Design memiliki kriteria yang tegas mengenai ilmu. Isi
kurikulum mencakup disiplin-disiplin ilmu seperti fisika, biologi, sosiologi,
astronomi dan lain-lain. Tingkatan penguasaannya lebih menekankan pda pemahaman
sehingga peserta didik dapat memahami masalah dan melihat hubungan berbagai fenomena
yang ditemuinya. Pembelajarannya tidak lagi menggunakan pendekatan exspositori
tetapi sudah menggunakan pendekatan inkuiri sehingga peserta didik menjadi
lebih aktif.
c.
Corelated
Curiculum / Board Fields Design
Merupakan
bentuk design yang menggabungkan mata pelajaran yang berdekatan atau
berhubungan yaang sebelumnya terpisah menjadi satu mata pelajaran. Misalnya
mata pelajaran fisika, kimia, bioligi menjadi pelajaran IPA. Bentuk kurikulum
ini banyak digunakan di sekolah dasar dan sekolah menengah pertama untuk
menyiapkan peserta didik dalam menghadapi era informasi. [4]
d.
Integrated
curiculum
Pada
organisasi kurikulum yang menggunakan model integrated,
tidak lagi menampakan nama-nama mata pelajaran atau bidang studi. Belajar berangkat
dari sebuah pokok masalah yang harus dipecahkan. Masalah tersebut kemudian
dinamakan unit. Belajar berdasar berdasarkan unit bukan hanya menghafal
sejumlah fakta, akan tetapi juga menganalisis fakta sebagai bahan untuk
memecahkan masalah. Belajar melalui pemecahan masalah itu diharapan
perkembangan siswa tidak hanya terjadi pada segi intelektualnya saja akan
tetapi seluruh aspek seperti sikap, emosi, atau keterampilan.[5]
2.
Desain kurikulum
yang mengutamakan peranan peserta didik (Leaner
Center Design)
Pengembangan
kurikulum ini sangat dipengaruhi oleh pandangan John Dewey seperti interaksi
sosial, rasa ingin tau, keinginan
membangun makna dan keinginan berkreasi yang menekankan sifat-sifat alami anak
dalam mengembangkan kurikulum. Organisasi kurikulum ini di dasarkan pada minat,
kebutuhan, dan tujuan peserta didik dalam proses pembelajaran yang selalu aktif
belajar dan berkembang adalah peserta didik itu sendiri (student centered). Guru hanya berperan sebagai fasilitator. Guru
membantu peserta didik untuk membantu memperoleh pemahamannya sendiri tentang
materi. Selain itu, guru juga mendorong dan memberikan bimbingan sesuai dengan
kebutuhan peserta didik. Singkatnya, guru menciptakan situasi dan kondisi agar
peserta didik dapat belajar dengan baik. Desain ini di susun berdasarkan reaksi
dan penyempurnaan terhadap subject centered design yang mengutamakan peranan
isi dari kurikulum dan meemberi tempat utama kepada peserta didik. Desain ini
dibedakan menjadi dua fariasi , yaitu :
a. Aktivitie (experience)
Design
Adalah
desain kurikulum yang menekankan pada proses, yaitu ketrampilan memecahkan
masalah. Model ini fokus pada prosedu pemecahan masalah dimana struktur
kurikulumnya di tentukan berdasarkan minat peserta didik oleh karena itu,
kurikulum ini di buat oleh guru dan berasama-sama dengan peserta didik. Di
butuhkan kemampuan guru untuk membantu peserta didik menemukan minat dan
kebutuhannya. Selain itu guru harus mampu membantu peserta didik memilih
kebutuhan yang paling penting dan paling mendesak.
b. Humanistic
Design
Adalah
desain kurikulum yang menitik beratkan paada fungsi-fungsi perkembangan peserta
didik. Menurut Carel Rogers[6],
humanistik menekan perkembangan peserta didik melelui pemfokusan pada hal-hal
subjektif ,perasaaan, pandangan dan penjadian (becoming), penghargaan dan
pertumbuhan. Kurikulum humanistik berusaha mendorong penangkapan sumber daya
dan potensi pribadi untuk memahami sesuatu dengan pemahaman mandiri, konsep
sendiri, serta tanggung jawab pribadi.
3.
Desain kurikulum
yang terpusat pada masalah-masalah yang sedang dihadapi masyarakat (Problem Centered Design)
Desain
ini berpangkat pada filsafat yang mengutamakan peranan manusia. Jika dalam learner centered design mengutamakan
manusia (peserta didik) secara individual pada problem centered design mengutamakan manusia dalam kesatuan
kelompok sosial. Manusia sebagai makhluk sosial selalu hidup bermasyarakat.
Dalam proses kehidupannya, mereka mengahadapi masalah yang harus di pecahkan
bersama untuk meningkatkan kesejahteraan mereka.
Konsep-konsep
tersebut menjadi landasan dalam dunia pendidikan dan mempengaruhi pengembangan
kurikulum. Konten kurikulum berupa masalah-masalah sosial yang di hadapi
peserta didik saat ini dan yang akan datang. Penyusunannya berdasarkaan
kebutuhan, kepentingan dan kemampuan peseta didik.
Design kurikulum ini di bagi menjadi dua variasi design, yaitu areas off living design dan core design.
1) Areas of living
design adalah desain kurikulum yang menekankan prosedur
belajar. Melalui pemecahan masalah tujuan-tujuan
belajar yang bersifat proses dan bersifat isi yang di integrasikan. Desain
kurikulum ini menggunakan pengalaman dan situasi nyata peserta didik sebagai
pembuka jalan dalam mempelajari jalan bidang-bidang kehidupan.
2) Core design
adalah kurikulum yang mengitegrasikan mata pelajaran dengan cara memilih mata
pelajaran tertentu sebagai inti dan mengembangkan mata pelajaran lainnya di
sekitar core. Menurut konsep ini, inti-inti mata pelajaran di pusatkan pada
kebutuhan individual peserta didik dan kehidupan sosialnya. Kurikulum ini
membutuhkan guru-guru yang memiliki pengetahuan luas dan bukan spesialis
bidang studi tertentu. Selain
mengajarkan pengetahuan, menanamkan nilai-nilai dan melatih ketrampilan
guru-guru tersebut juga wajib memberikan bimbingan terhadap perkembangan
soosial pribadi peserta didik. Berikut
ini beberapa variasi design core
curiculum, yaitu[7] :
a. The separate
subject core, desain ini merupakan salah satu usaha
untuk mengatasi keterpisahan antara mata pelajaran. Beberapa mata pelajaran
yang mendasari atau menjadi initi mata pelajaran lainnya maka di jadikan core.
b. The correlated
core, desain ini di susun dengan mengintegrasikan
beberapa mata pelajaran yang memikliki hubungan yang erat. Model ini berkembang
dari the sparate subject design.
c. The fused core,
desain ini mengitegrasikan bukan hanya satu atau dua mata pelajaran, melainkan
tetapi lebih banyak mata pelajaran. Dalam studi ini di kembangkan masalah-masah
umum yang dapat di tinjau dari berbagai sudut pandang atau perspektif.
d. The
activity/experience core, desain ini berkembang dari
penidikan progresif dengan leaner
centered design-nya dan di pusatkan pada minat-minat dan kebutuhan peserta
didik.
e. The areas of
living core desain kurikulum ini berkembang dari
pendidikan progresif, tetapi organisasinya terstruktur dan telah dirancang
sebelumnya. Isinya diambil dari masalah-masalah yang muncul di tengah
masyarakat desain ini dianggap sebagai core
design yang paling murni dan cocok untuk pendidikan umum.
f. The social
problems core, desain ini didasarkan pada
problem-problem yang mendasar dan bersifat kontrofersial. Model ini mencoba
memberiakan penilaian yang bersifat kritis dari sudut nilai sosial dan pribadi
yang berbeda. Kurikulumnya selalu terbentuk perbaikan agar tetap mutakhir dan
relevan dengan perkembangan masyarakat. Dengan kata lain sifatnya lebih
fleksibel dan tidak kaku.
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Desain
kurikulum yaitu suatu pengorganisasian tujuan, isi, dan proses belajar yang
akan diikuti peserta didik dalam berbagai tahap perkembangan pendidikan. Berdasarkan
pernyataan dan konsep desain kurikulum pada makalah ini ada 8 prinsip dalam
mendesain kurikulum kemudian desain kurikulum dapat dirumuskan mejadi beberapa
model desain, yaitu :
1. Desain
kurikulum berorientasi pada disiplin ilmu
2.
Desain kurikulum
yang mengutamakan peranan peserta didik (Leaner
Center Design)
3.
Desain kurikulum
yang terpusat pada masalah-masalah yang sedang dihadapi masyarakat (Problem Centered Design)
DAFTAR PUSTAKA
Barnawi
dan Mohammad Arifin. 2012. Buku Pintar
Mengelola Sekolah Swasta. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media
Sanjaya,
Wina. 2015. Pembelajaran dalam
Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta : Kencana
Siti Nadhiroh, Putri. Desain Kurikulum. Diakses dari http://putrinadhiroh.blogs.uny.ac.id/wp-content/uploads/sites/1981/2015/11/Desain-Kurikulum.pdf
pada tanggal 09 maret 2016 pukul 18.00
[1] Barnawi dan Mohammad Arifin, Buku Pintar Mengelola Sekolah Swasta,
(Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2012), hlm 73-74
[2]
Putri Siti Nadhiroh, Desain Kurikulum, Diakses pada http://putrinadhiroh.blogs.uny.ac.id/wp-content/uploads/sites/1981/2015/11/Desain-Kurikulum.pdf pada tanggal 09
maret 2016 pukul 18.00
[3]
Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum
Berbasis Kompetensi, (Jakarta : Kencana, 2015), hlm.40.
[7] Ibid,.hlm 90.
Comments
Post a Comment